Senandung RASA Ketika hati dan otak mulai tak mampu lagi menampung rasa dan lisan tertahan untuk menyenandungkannya, maka tulisan mengambil alih untuk menyampaikannya. Menyenandungkan semua tentang Rasa...

Rabu, 25 Juni 2014

Tentang Sebuah Kata Maaf



 




Maaf....
Satu kata sederhana. Satu kata yang hanya terdiri dari empat huruf saja. Satu kata yang selalu dengan mudah diucapkan. Satu kata yang selalu menjadi tameng setiap orang saat melakukan kesalahan.
Kalian pasti sering ngomong “maaf”-kan? Setiap melakukan sesuatu yang itu entah disengaja atau nggak, pasti kalian ngomong kata “maaf”. Contoh sederhananya aja, ketika lo nggak sengaja nyenggol orang di jalan, pasti langsung ngomong “maaf”. Contoh rumitnya, lo bikin dosa sama orang lain yang dosanya pake banget. Setelah lo sadar akan dosa lo, pasti lo langsung minta maaf. 

Sesederha itukah sebuah kata maaf?
Segampang itukah untuk mengucap maaf dengan tulus dan mendapat maaf dengaan tulus juga?
Sesederha itukah sebuah kata maaf?
Segampang itukah untuk mengucap maaf dengan tulus dan mendapat maaf dengaan tulus juga?

Sesungguhnya, kata maaf jauh lebih rumit daripada yang kebanyakan orang tahu. Maaf bisa menjadi sederhana jika kita hanya melakukan sebuah kesalahan kecil. Nggak sengaja nyenggol orang di jalan, gitu misalnya. Tapi, untuk sebuah kesalahan besar, cukupkah hanya dengan mengucap satu kata maaf saja? Gue rasa nggak. Apalagi kalau sesudah ngomong maaf, malah ngulangin lagi kesalahan itu. Hellooooowwww.......!!! 
Gue juga pernah ngelakuin salah yang besar. Dan rasanya minta maaf aja itu nggak cukup. Gue bahkan minta maaf berkali-kali. Pokokny minta maaf terus ampe dimaafin. Tapi waktu itu, gue masih seorang anak ABG gahooll yang sadar salah baru sampai otak, terus juga sering khilaf. Jadi ya tanpa disadari, gue ulang lagi tuh salah. Sampai akhirnya sebuah tamparan keras yang nyadarin gue. Dan itu bener-bener keras. Minta maaf sambil mewek-mewek juga rasanya masih kurang. Dan nyesal yang datang itu rasanya nyesek banget. Dan gue juga nggak tahu yang dimintain maaf, beneran tulus maafin gue atau nggak.

Maaf itu baru terjadi kalau tak hanya sekedar diucapkan. Ketika menyesal itu benar-benar datang dan masuk ke hati, pasti kalian akan sadar kalau ngobatin sebuah luka karena kesalahan yang kalian lakuin itu, nggak akan cukup dengan lo ngomong, “gue minta maaf. Maafin gue ya,” terus lo ngacir dan bilang, “terserah lo mau maafin atau nggak, pokoknya gue udah minta maaf. Kan lo yang dosa kalau nggak mau maafin gue!”
Woi!!! Lo pikir lo abis bikin salah apa? Kalau sekedar nyenggol sih, okelah. Emang konsekuensinya dia sama Tuhannya kalau dia nggak mau maafi. Tapi itu cukup nggak bikin lo yang ngelakuin salah ini, lega? Kalau iya, berarti minta maafnya nggak pakai hati. Cuma sadar salah sampai otak doang. Dan buat formalitas aja. Kalau kayak gitu mah, mending nggak usah minta maaf. Biarin aja tuh kesalahan ngambang di kali! 

Ketika lo menyadari dengan hati tentang semua kesalahan itu. Pasti nyesalnya sampai ubun-ubun. Minta maaf aja nggak cukup rasanya. Nangis juga nggak guna. Ngadu sama yang di atas juga rasanya masih aja nyesek. Dan nyesek itu baru hilang, ketika kata maaf yang diucapkan itu tak hanya sekedar diucapkan. Tapi juga direalisasikan. Dan untuk hal ini, nggak apa-apa kalau yang dimintain maaf belum ngasih senyum buat maafin. Yang penting, lo minta maaf dan realisasikan kata maaf lo. Dengan tulus. Itu baru bisa bikin hati lega. Insya Allah. Sisanya, serahin sama yang maha pemberi maaf atas segala kesalahan.

Maaf itu bukan sekedar satu kata sederhana. Maaf itu bukan hanya sekedar satu kata yang terdiri dari empat huruf biasa. Maaf adalaah sesuatu yang harus kita rasakan dengan hati, kita ucapkan dan realisasikan dengan tulus ikhlas dan sepenuh hati.


Einca, 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Airalaks, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena