Maaf....
Satu kata sederhana. Satu kata yang hanya
terdiri dari empat huruf saja. Satu kata yang selalu dengan mudah diucapkan.
Satu kata yang selalu menjadi tameng setiap orang saat melakukan kesalahan.
Kalian pasti sering ngomong “maaf”-kan? Setiap
melakukan sesuatu yang itu entah disengaja atau nggak, pasti kalian ngomong
kata “maaf”. Contoh sederhananya aja, ketika lo nggak sengaja nyenggol orang di
jalan, pasti langsung ngomong “maaf”. Contoh rumitnya, lo bikin dosa sama orang
lain yang dosanya pake banget. Setelah lo sadar akan dosa lo, pasti lo langsung
minta maaf.
Sesederha itukah sebuah kata maaf?
Segampang itukah untuk mengucap maaf dengan
tulus dan mendapat maaf dengaan tulus juga?
Sesederha itukah sebuah kata maaf?
Segampang itukah untuk mengucap maaf dengan
tulus dan mendapat maaf dengaan tulus juga?
Sesungguhnya, kata maaf jauh lebih rumit
daripada yang kebanyakan orang tahu. Maaf bisa menjadi sederhana jika kita
hanya melakukan sebuah kesalahan kecil. Nggak sengaja nyenggol orang di jalan,
gitu misalnya. Tapi, untuk sebuah kesalahan besar, cukupkah hanya dengan
mengucap satu kata maaf saja? Gue rasa nggak. Apalagi kalau sesudah ngomong
maaf, malah ngulangin lagi kesalahan itu. Hellooooowwww.......!!!
Gue juga pernah ngelakuin salah yang besar.
Dan rasanya minta maaf aja itu nggak cukup. Gue bahkan minta maaf berkali-kali.
Pokokny minta maaf terus ampe dimaafin. Tapi waktu itu, gue masih seorang anak
ABG gahooll yang sadar salah baru sampai otak, terus juga sering khilaf. Jadi
ya tanpa disadari, gue ulang lagi tuh salah. Sampai akhirnya sebuah tamparan
keras yang nyadarin gue. Dan itu bener-bener keras. Minta maaf sambil
mewek-mewek juga rasanya masih kurang. Dan nyesal yang datang itu rasanya
nyesek banget. Dan gue juga nggak tahu yang dimintain maaf, beneran tulus
maafin gue atau nggak.
Maaf itu baru terjadi kalau tak hanya sekedar
diucapkan. Ketika menyesal itu benar-benar datang dan masuk ke hati, pasti
kalian akan sadar kalau ngobatin sebuah luka karena kesalahan yang kalian
lakuin itu, nggak akan cukup dengan lo ngomong, “gue minta maaf. Maafin gue
ya,” terus lo ngacir dan bilang, “terserah lo mau maafin atau nggak, pokoknya
gue udah minta maaf. Kan lo yang dosa kalau nggak mau maafin gue!”
Woi!!! Lo pikir lo abis bikin salah apa? Kalau
sekedar nyenggol sih, okelah. Emang konsekuensinya dia sama Tuhannya kalau dia
nggak mau maafi. Tapi itu cukup nggak bikin lo yang ngelakuin salah ini, lega?
Kalau iya, berarti minta maafnya nggak pakai hati. Cuma sadar salah sampai otak
doang. Dan buat formalitas aja. Kalau kayak gitu mah, mending nggak usah minta
maaf. Biarin aja tuh kesalahan ngambang di kali!
Ketika lo menyadari dengan hati tentang semua
kesalahan itu. Pasti nyesalnya sampai ubun-ubun. Minta maaf aja nggak cukup
rasanya. Nangis juga nggak guna. Ngadu sama yang di atas juga rasanya masih aja
nyesek. Dan nyesek itu baru hilang, ketika kata maaf yang diucapkan itu tak
hanya sekedar diucapkan. Tapi juga direalisasikan. Dan untuk hal ini, nggak
apa-apa kalau yang dimintain maaf belum ngasih senyum buat maafin. Yang
penting, lo minta maaf dan realisasikan kata maaf lo. Dengan tulus. Itu baru
bisa bikin hati lega. Insya Allah. Sisanya, serahin sama yang maha pemberi maaf
atas segala kesalahan.
Maaf itu bukan sekedar satu kata sederhana.
Maaf itu bukan hanya sekedar satu kata yang terdiri dari empat huruf biasa.
Maaf adalaah sesuatu yang harus kita rasakan dengan hati, kita ucapkan dan realisasikan dengan tulus
ikhlas dan sepenuh hati.
Einca, 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar