Maaf...
Untuk salah yang tak
sengaja kulakukan
Maaf...
Untuk marah yang tak
sengaja kutimbulkan
Maaf...
Untuk singgung yang tak
sengaja kukatakan
Kau tahu, Tuan? Sedikit
pun aku tak pernah sengaja untuk menimbulkan percik emosi yang membuatmu marah. Sedikit pun aku tak bermaksud untuk menimbulkan rasa tak nyaman hingga menciptakan rentang jarak antara kau dan aku. Sedikit pun aku tak bermaksud untuk membuatmu kesal padaku. Tapi sekali lagi, sepertinya aku yang salah. Kata-kataku mungkin
tak terlalu pantas. Atau mungkin tak pas. Entahlah, tapi aku tak bermaksud
membandingkan.
Tuan, tidak ingatkah
kau bagaimana sebenarnya aku? Pernah tidak aku membandingkan sesuatu hal akan
dirimu? Aku rasa tidak. Pun juga yang lain-lain. Tapi sekali lagi, seperinya
aku yang salah. Jadi kumohon, maafkan aku.
Tuan, jika bisa, jangan
kau hanya membisu. Mendiamkan dan menjauh dariku. Sebesar itukah salahku,
sampai aku kau diamkan? Sebesar itukah salahku, sampai aku kau jauhi?
Aku masih ingat kau
seperti apa. Apakah ada salahku yang lain lagi? yang sangat-teramat-tak-berkenan
untukmu, hingga sikapmu seperti ini? Kalau iya, kumohon maafmu untukku. Dan
jika memang salahku sangat-teramat-besar hingga sulit dimaafkan, bilang. Aku
tak akan menahanmu. Pun tak akan menunggumu. Akan kulepas semua janji yang ada.
Jika memang begitu nanti maumu.
Kau ingat, Tuan? Aku
pernah melakukan salah yang lebih padamu, kau tak begini. Masih ada. Masih menyapaku.
Masih tertawa bersamaku. Walaupun kuakui agak sedikit berjarak. Apa karena itu
juga? Hingga marahmu yang sekarang berupa murka? Jika iya, sekali lagi, kumohon
maafkan aku.
Berlebihan ya? Maaf. Tapi
aku benar-benar tak suka jika berdiaman dengan orang lain. Apalagi denganmu. Aku ingin berpikiran yang baik-baik saja, mungkin kau lelah, atau apa. Tapi rasanya sulit. Aku takut kau pergi lalu tak kembali lagi. Karena, ini yang pertama kalinya kau murka padaku. Seperti ini. Rasanya, lebih baik kau mengomel dan memarahiku saja daripada diam membisu seperti ini. Karena, kau lebih tampan jika berceloteh. Sedang marah sekali pun. Bukan diam.
Tuan, aku merindukanmu.
Untuk tawa juga canda dan semuanya. Aku merindukanmu. Sungguh.
Aku masih menunggumu
kembali, lalu menggandengku lagi.
Untukmu, Tuan terkasih yang sudah secara tak sengaja kusakiti, sekali lagi, maafkan
aku.
(Untuk
seseorang yang secara nggak sengaja gue bikin bete)