Senandung RASA Ketika hati dan otak mulai tak mampu lagi menampung rasa dan lisan tertahan untuk menyenandungkannya, maka tulisan mengambil alih untuk menyampaikannya. Menyenandungkan semua tentang Rasa...

Minggu, 22 November 2015

Amore Mio - Sedikit Omelan Gue Tentang Amore~~


sumber gambar: dari koleksi pribadi

Amore Mio
Penulis: Rofie Khaliffa
Editor: Ambra
Tata Isi: Violet V
Tata Sampul: Wulan Nugra
Penerbit: de TEENS
ISBN: 978 602 255 966 5
Cetakan Pertama: September, 2015
Harga: Cek sendiri di toko buku. Soalnya gue dapat dari hasil malak 😁


Amora, seorang gadis yang merindukan sosok ayah. Dia berkerja di Galateria Paolin sebagai pelayan. Suatu sore, datang pemuda murung yang kemudian selalu hadir di setiap senja berikutnya. Pemuda yang dengan dinginnya selalu mencela gelato buatan Amora dan membuat kacau hari-harinya.

Tom, pemuda murung yang selalu duduk di meja nomor 13 dan memesan dua mangkuk gelato stroberi. Lalu sambil memandan senja, ia bercakap-cakap sendiri. Menyebut nama seorang gadis. Isabella.

Diego, generasi penerus usaha galateria dan meski telah bertahun-tahun menjejakkan kaki di tanah lahirna, Itali, Diego tidak pernah membuang impian masa lalunya. Kenangan yang tersimpan dalam sebuah foto lama dan kapal mainan.

          "Apa kau kenal Isabella?" - Tom

          "Kalau kau tidak keberatan, Signore,
           aku akan membantumu mencari
           Isabella." -Amora

Awal baca buku ini—gue baca yang masih dalam bentuk belom diedit sama sekali—gue ngerasa bete karena narasinya yang panjang dan kelewat lambat. Tapi begitu gue baca file utuh yang udah diedit dan dimanis-manisin, gue jadi suka sama si Amore Mio ini.

Anak kedua dari adik ketemu gede gue ini, asli bikin sebel abis. Bukan karena ceritanya yang bosenin, tapi karena karakter Tom yang bikin sebel.

Tom itu digambarkan sebagai lelaki baperan yang selalu nyari-nyari ceweknya yang bernama Isabella. Cewek yang letak dan keberadaannya nggak tahu di mana. Selalu datang ke Galateria, memesan gelato—yang kebetulan dibuat oleh Amora—dan selalu protes karena potongan stroberi yang ada di gelato itu sama sekali nggak mirip dengan potongan stroberi si Isabella. Selain pemurung dan hobi marah-marah nggak jelas, Tom juga sering nongkrong di boks telepon dan neleponin Isabella. Padahal telepon itu jelas nggak tersambung. Sumpah, ini cowok, cakep tapi baperan tingkat dewa!

Amora sendiri digambarkan sebagai gadis yang lincah, periang, mandiri, dan tabah—kayaknya. Soalnya dia tahan menghadapi Tom yang baperan, bahkan sampai menawarkan diri untuk menemani Tom mencari Isabella. Tapi begitu mereka sudah berkeliling Verona untuk mencari Isabella, beberapa waktu setelahnya Tom malah menghilang. (Dasar cowok baperan doyan kabur!).

        “Hanya orang bodoh yang mengucap
          janji tanpa tahu bisa dia tepati atau
          tidak, dan aku bukan bagian dari
          golongan orang bodoh itu!” -Amora

Di saat Amora galau karena kepergian Tom yang mendadak. Muncul sosok Diego yang—aakh! Sumpah gue demen banget sama nih cowok. Galak-galak manis gitu!—menjadi manajer baru Galateria.

Sosok Diego ini digambarkan dengan sangat ciamik oleh Mpil—panggilan sayang gue buat penulisnya—dan berhasil membuat banyak cewek jatuh cinta. Termasuk gue. Sosok manajer yang angkuh, dingin, seenaknya, tapi juga perhatian. Tapi yang terpenting, Diego ini adalah sahabat lama Amora. Orang yang dulu pernah berjanji pada Amora untuk mencari ayah gadis itu. Begitu mengetahui bahwa Amora itu adalah Momo sahabat kecilnya, Diego langsung teringat akan penemuannya tentang ayah Amora. Lelaki yang sekian lama sangat dirindukan oleh Amora.

Sampai di pertengahan ini, gue nyaris mewek karena tahu ayah Amora udah nggak ada. Apalagi di bagian yang Diego ketemu bapak-bapak tua di pelabuhan, dan si bapak tua bercerita tentang pengembara yang nggak bisa pulang. Serius, coba aja baca sendiri di bukunya, kalau kalian nggak nyaris mewek, berarti kalian nggak punya hati! ^-^

          “Umpamakan saja balon-balon ini
            perasaanku, yang sudah kutiup
            pelan-pelan dan penuh kesabaran.
            Di dalamnya berisi sejuta harapan.
           Tapi, Mo, sejuta harapan ini tidak
           akan pernah menjadi kenyataan dan
           sia-sia jika terus berada di dalam sini.
           Aku butuh penyelamat. Penyelamat
           yang menjadi penyebab harapan
           harapan itu ada. Penyelamat itu...
           kau.” —Diego

Dari keseluruhan cerita ini, gue sangat mengidolakan Diego dan berharap Diego berakhir bahagia bersama Amora. Dan harapan gue dikandaskan oleh sang penulis. Penulisnya sendiri dengaan sombongnya bilang, “Aku berhasil ciptain tokoh second lead cowok yang dicintai dan lead cowok yang dibetein.” Iyap! Dia berhasil banget. Selain berhasil bikin kesal, penulisnya juga sukses bikin baper pembaca sama segala kebaikan hati Diego. Ketulusan cowok itu dalam menyayangi Amora sungguh nggak usah diragukan lagi. Bahkan dia rela melepas Amora demi kebahagian gadis itu.

Hubungan Diego-Amora-Tom dalam cerita ini memang rumit. Yang satu terlalu baik, yang satu egois, sementara perempuannya galauan. Tapi proses dan kejadian pelepasan Amora dari Diego bukanlah hal yang terjadi lurus-lurus aja. Banyak fakta mengejutkan yang terungkap ketika menjelang ending. Fakta yang gue sendiri sampai kaget waktu pertama kali baca cerita ini sambil ngomel dalam hati, “Sialan, Mpil. Tragis amat ni orang!”, gitu.
Tapi yang terpenting dari semuanya, walaupu. Kalian dibuat baper, sebel, bete, atau apa aja, buku ini memang menarik. Settingnya yang di itali, hidup. Bukan cuma sekedar tempelan. Kalian bakal ngerasa kayak lagi jalan-jalan sama Tom-Amora waktu mereka keliling Verona.
Selain itu, buku ini juga mengajarkan kita tentang sebuah ketulusan, keikhlasan, kasih sayang, dan ketetapan sebuah hati.
Kalian tahu? Kalau hati udah milih, nggak akan ada lagi hal lain yang bisa menghalangi. Termasuk orang paling baik sedunia pun.

Oke, gue rasa segitu aja review—atau omelan—gue tentang buku ini. Guys, bukan karena ini buku adik angkat gue, tapi karena memang buku ini bagus. Gue rekomen banget kalian buat baca. Tapi peringatan dari gue, buat yang doyan baper, siap-siap mewek baca bukunya. Buat yang hatinya sedikit lebih kuat, siap-siap bete karena kebaperan ceritanya. Ho ho ho.


                             Amore Mio
   -tidak semua kapal kembali ke pelabuhan-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Airalaks, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena