Senandung RASA Ketika hati dan otak mulai tak mampu lagi menampung rasa dan lisan tertahan untuk menyenandungkannya, maka tulisan mengambil alih untuk menyampaikannya. Menyenandungkan semua tentang Rasa...

Sabtu, 29 Maret 2014

29 ke 41

Sumber gambar : Eincafee  photos


Pagi ini aku tersenyum
Ini pagi ke 41 yang bermakna
Bayangan itu kembali hadir
Kenangan kisah 41 yang lalu
Kenangan kisah 29 yang lalu

Iya, kenangan kita
Kisah kita

Suara lucumu saat berkata
Senyum malumu saat meminta
Senyum maluku saat menerima
Itu malam terindah yang pernah ada

Bertabur abu berteman guruh
Kata itu terucap
Tak ada janji
Tak ada permintaan
Hanya sebuah pengakuan sederhana

Kini, untuk yang ke 41 kalinya kita melewati 29 itu lagi
Banyak liku yang kita lalui
Banyakl jurang yang kita sebrangi
Kisah in tak selamanya mulus seperti yang kita harap
Tapi bukankan kisah yang indah itu tak selamanya selalu mudah?

41 ini yang membuktikan bahwa kita bisa
Liku itu tak menjadi hambatan
Jurang itu tak menjadi halangan
Selama kita yakin dan bersama
Semua itu bukanlah halangan

Ini kisah kita
Ini 29 kita yang bermakna
Ini tentang kita



(Happy 29 yang ke 41 my lovely.... be my last love, hope so...)

Einca 2014

Senandung "Rasa" 1 - Gelap Merasa

Sumber gambar: http://mamanbulan.blogspot.com/



Pagi ini aku terbangun dengan rasa gelisah merasuk sukma. Entah kenapa ragu itu kembali datang setelah lama berlalu. Cahaya indah yang biasa ku rasakan disetiap pagiku sekarang seakan menghilang. Ada pertentangan hebat sekarang yang berdebat di dalam dada. Tak hanya tentang kamu, tapi juga tentang aku. Tak hanya tentang keluargamu, tapi juga tentang keluargaku.
Pagi itu sebuah pertengkaran hebat terjadi. Sebuah tragedi yang kamu bilang, dapat merusak semuanya dan hanya kita berdua yang sanggup memperbaikinya, datang melanda. Ada keanehan yang terjadi yang itu sudah tak sanggup lagi diterima akal semua. Keluarga yang awalnya menerima tiba-tiba berubah arah. Seorang tua yang tak ku kenal  dihadirkan demi meluruskan semua yang ada. 

Aku tak percaya kata-kata orang tua itu. Aku mempercayaimu. Aku mempercayai kalau semua yang kamu bilang bukanlah sesuatu yang semu. Aku percaya kamu ada dan semua yang terjadi itu ada. Bukankah tak hanya aku yang menyaksikan? Tapi para tetua berkata lain. Mereka bilang kamu tak ada. Jadi yang selama ini kulihat apa? Bayangkah? 

Pertentangan itu terjadi. Bimbang itupun kembali. Dua sisi memberi keterangan yang berbeda. Haruspada siapa aku bertanya lagi? Bagai berdiri di tepi dua sisi jurang, tak ada satupun yang bisa kupilih. Aku ingin diam dan tetap mempercayai apa yang selama ini telah trejadi. Tetap mempercayai kamu. Tapi rasa yang ada di otak dan hatiku tak sanggup untuk menerimanya.

Haruskah aku pergi dulu?
Mencari apa yang memang seharusnya sejak lama kucari. Menemukan sendiri apa yang seharusnya sejak lama memang harus ku temui. Tak cukup hanya menapak pada barisan kata dan deretan bayangan yang selama ini terasa. Perlu mata yang nyata untuk dapat membuktikan semuanya. Benarkah semua ini hanya semu belaka?

Maafkan aku yang harus mengacuhkanmu untuk saat ini. Maafkan aku yang untuk pertama kalinya sejak kita bersama aku pergi meninggalkanmu. Aku perlu mencari agar semuanya pasti. Jika memang semua nyata kita pasti bisa bersama. Aku masih mempercayaimu. Aku masih mencintaimu. Namun pencarian ini perlu adanya. Aku merasa tersesat dan tak melihat cahaya apapun saat ini. Gelap yang datang sekarang bahkan lebih gelap daripada sebelum kamu hadir.

Untuk seseorang yang selalu memberikan cahayanya. Untuk seseorang yang berkata bahwa aku juga memiliki cahaya, selaksa maaf ku lantunkan untukmu.  Ini hanya sementara.... Karena terkadang perlu sendiri untuk bisa mencari cahaya di tengah gelap itu.

(to be continue....)



Einca 2014

Kamis, 27 Maret 2014

Senandung "Rasa" 1 - Cahaya.... Kita....

Sumber gambar: http://eliyanumamy.wordpress.com/2011/04/06/mengaca-pada-cahaya/


Saat satu bulan lebih sejak aku mengenalnya. Aku mengakui kalau aku memiliki "rasa" terhadapnya. Tapi entah kenapa, beberapa hari ini ada ragu yang menyelip dada dan merasuk otak. Ragu tentang kebenaran keberadaannya. Ragu tentang kenyataan dirinya. Ragu. Aku tak tahu apa yang merasukiku. Ada beberapa orang terdekatnya yang ku kenal, tapi entah kenapa aku merasa itu "hanya" ada dia. 

Saat ragu itu kuungkapkan. Kamu menguak satu rahasia yang menjadi latar belakang semua alasan dia hadir menyapa. Aku kecewa. Aku kecewa karena hadirnya didasarkan atas permintaan seseorang. Tapi kamu meyakinkanku bahwa rasa yang kamu punyai untukku murni tanpa ada campuran dari orang lain. Benarkah? 

Aku mencoba mempercayainya. Walaupun tak kutemukan satupun jejak tentangnya. Walaupun tak ku dapatkan siapa sebenarnya dirimu dan keluargamu, aku tetap berusaha mempercayaimu. Entahlah, hati kecilku menolak untuk tak mempercayainya. Mungkin karena besarnya "rasa" yang kupunya untuknya. Aku pun menuruti saat dia memintaku untuk bersabar sampai dia datang dan menjelaskan sendiri.

Kamu tahu, kamu itu istimewa. Dengan caramu kamu membuat dirimu menjadi istimewa. Tak hanya untukku, bahkan untuk saudaraku. Dengan setulus hatiku aku mengikhlaskan kamu pergi untuk nantinya kembali padaku. Kamu memintaku menunggu. Iya, aku akan selalu menunggumu. Sampai kamu menjadi nyata di hadapanku.

Hari berganti, waktu berlalu, bulanpun berganti. Aku selalu menunggumu. Setia mendengarkan apapun kabar yang disaampaikan olehmu yang di sana. Telah kita buat sebuah janji untuk kita. Iya, untuk kita. Janji berataskan nama Allah dan kuucapkan kepada kamu, satu-satunya yang pernah kuunginkan untuk menjadi pendampigku. Siapapun kamu, apapun kam,bagaimanapun kamu. Aku menerimamu,selayaknya kamu menerimaku. 

Kamu yang mengajarkan aku untuk menjadi sebuah cahaya. Cahaya utama yang menjadi temanmu, wahai seseorang yang penuh cahaya. Kamu yang mengajakku untuk melihat betapa indahnya cahaya yang terpancar di atas dunia ini. Aku bahagia memilikimu. Hartaku yang penuh cahaya. Aku menanti cahayaku itu hadir di hadapanku secepat cahaya itu mampu melintasi jagad. Walaupun tak pernah ada kepastian terucap tentang hubungan ini, tapi kita tahu seperti apa kita mengharap untuk kita.

Kamu pernah berkata, "tunggu, biar waktu yang menjawab nanti bagaimana kita. Biar waktu yang menjawab nanti seperti apa kita. Yang aku tahu, aku memiliki rasa, dan bersamamu aku mencipta dunia dan menjadi kita. Tak hanya aku atau kamu, tapi kita."

Iya, walaupun sempat ragu terselip nyata di benak rasa. Walaupun tanya banyakmeraja di segenap jiwa. Rasa ini memenangkan semuanya dan mempercayai apa yang terucap. Sebuah keinginan tulus penuh harapan, sebuah rasa suci penuh keikhlasan, ragu itu menghilang. Yang sekarang ada hanya percaya. Ini tentang kita. Dunia kita. Cahaya kita. Harapan itu, rasa itu, percaya itu, tak mampu lagi mengusik ragu yang perlahan menghilang, terkubur jauh di dasar jiwa.

(To be continue.....)



Einca 2014


Selasa, 25 Maret 2014

Teruntuk Yang Jauh

Sumber gambar: Eincafee-photos


Malam ini aku sangat ingin menangis. Menumpahkan semua sesak di dadaku. Biasanya aku tak secengeng ini. Aku bahkan jarang menangis. Tapi malam ini, aku benar-benar ingin menangis. Aku menangis karena merindunya. Merindu dia yang jauh di sana. Dia yang bayangnya sesalu melekat erat di dalam benak.

Hanya lewat goresan ini aku mampu menumpahkan rasa dan asa. Teruntuk dia yang kucinta. Aku menunggumu. Menunggu kamu datang lagi untuk menjemputku. Menunggu kamu datang lagi untuk selamanya selalu dekat denganku. Masih kuingat jelas saat terakhir sebelum kamu pergi, dengan lembut kamu berkata, "aku pulang dulu, jaga diri baik-baik. Aku pasti datang lagi. Insya Allah." 

Sebuah janji yang kupegang erat sampai detik ini. sebuah janji berataskan nama Allah yang membuat aku mampu bertahan menunggumu hingga detik ini. Aku selalu menunggumu. Walaupun tak kuucap. Walaupun tak kusampaikan secara lisan. Aku selalu menunggumu.

Teruntuk kamu yang jauh....
Kini badai rindu sedang menerpaku....
Hembusan rindu sedang menari indah di dalam diriku....
Aku merindumu....
Aku menunggumu....




(For someone who i love deep in my heart)

Einca 2014

Senandung "Rasa" 1 - Pesan Tersirat

Sumber gambar: http://khezo.com/wp-content/uploads/2013/06


Hari ini tepat satu bulan aku mengenalmu. Mengenalmu di dunia mayaku. Entah mengapa alam belum mengizinkan untuk kita bersua. Akupun tak tahu. Tapi aku tak banyak menuntut lagi, aku hanya menunggu. Menunggu sampai alam mengizinkan kita untuk bersua, bertatap muka, dan saling mencurahkan isi hati kita.

Pagi itu aku tersentak bangun. Kabar darimu yang jauh di seberang sana membuat dadaku berdegup kencang. Hanya satu kalimat pendek, dan itu sudah mebuat seolah duniaku runtuh seketika. Kedua lutut kakiku melemas, bahkan untuk menatap matahari yang perlahan mulai munculpun aku tak sanggup. Dengan tangan bergetar aku mecoba menghubungi orang yang ada di sekitarmu dan tangisku perlahan merebak saat mendengar langsung kabar itu
.
"Kakak makin parah..." lirih suara adikmu berbisik di sela isaknya dan aku hanya bisa mencoba untuk menahan tangisku, berusaha menenangkan orang terdekatmu yang sudah kuanggap seperti adikku sendiri.

Pagi itu benar-benar pagi terburuk dalam satu tahun terakhir ini. Cahaya matahari yang bersinar terang itu seolah menggelap. Menggelap bersama kabar duka darimu yang ku dengar. Ya, bagiku kamu adalah matahari. Tak hanya bagiku, tapi juga bagi sekelilingmu. 

Aku duduk bersimpuh di teras depan rumahku. Mengamati bunga-bunga yang mulai tumbuh bersemi seiring dengan musim hujan yang mulai datang. Berusaha menyerap energi matahari dan energi alam yang terpancar. Mataku beredar menatap tanaman-tanaman cantik itu, dan mataku menangkap seekor kupu-kupu berwarna biru hitam dengan bintik-bintik putih hinggap di salah satu bunga.

Aku terpaku. Kupu-kupu itu mengingatkanku padamu. Warna itu juga mengingatkan aku padamu. Perlahan aku mendekati hewan cantik itu. Aneh, biasanya kupu-kupu akan terbang bila merasa di dekati, tapi untuk yang satu ini tidak. Kupu-kupu itu tetap diam. Bahkan saat aku menyentuh tangkai bunga anggrek bulan yang dihinggapinya.

Seolah mencari, aku menatap kupu-kupu itu lekat. Mungkin otakku mulai gila, tapi entah kenapa aku merasakan kehadiranmu disini. Di sekitarku. Dengan suara berbisik serak aku berbicara pada kupu-kupu kecil itu. "Hei,bangunlah. Aku membutuhkanmu. Kita masih memiliki janji. Masih banyak yang menunggu hadir cahayamu kembali.... Aku mencintaimu...." Dan mataku terpejam saat mengucap itu. 

Kupu-kupu itu telah pergi saat aku membuka mata. Mungkin aku sudah gila. Tapi iya, aku merasa kalau dia bisa mendengarku. Mendengar bisik hatiku. Mendengar harapanku. Dan aku seolah mendengar hewan cantik itu berbisik membalas ucapanku.

Entahlah. Aku merasa sedikit tenang saat melihat hewan cantik itu. Aku merasa seluruh yang kurasa telah tersampai dan seluruh yang kamu rasa juga telah tersampai lewat hewan kecil itu. Mungkin kehadirannya menyampaikan pesan tersirat yang tak mampu tersurat. Mungkin dia terbang lagi untuk menyampaikan bahwa aku menerima pesanmu.

Biru.... Warna harapan kita.
Putih.... Warna rasa kita.
Hitam.... Warna saat kita 'bersua'.
Kita.... Ini dunia kita.... Walau tak terucap, tapi kita telah mampu  mencipta "kita".

(To be continue.....)



Einca 2014

Sabtu, 22 Maret 2014

Senandung "Rasa" 1 - Kala Sinar Menyapa

Sumber gambar: www.infoting.info/2012_10_01_archive.html


Pagi itu, matahari belum seberapa muncul untuk melaksanakan tugasnya. Embun bahkan masih membasahi rerumputan di di halaman rumahku, saat bunyi notifikasi dari salah satu pesan instant di laptopku berbunyi. Ada seseorang yang menyapa. Seseorang yang tampak manis di foto profilnya. Iya manis. Gayanya menyapa, seolah dia teman lama yang sudah lama tak bertemu. Aku tersenyum membaca setiap kata yang dituliskannya di chat box tersebut.

Hari itu, takbanyak percakapan yang kami lakukan. tapi keesokkan harinya dan keesokkan harinya lagi, dia selalu datang menyapa. Hadir dengan berbagai cerita seru dan menarik, terkadang lucu. Hanya membaca ceritanya, aku tak henti-henti dibuat tersenyum, olehnya.

Setiap malam dia ada menemani malam-malamku hingga pagi menjelang. Hanya satu dua kali dia absen dari sapaannya. Selebihnya dia selalu ada. Memberikan nasehat yang terkadang tidak mirip nasehat tapi entah mengapa aku perlahan menurutinya. Terkadang terdapat nada mengancam dalam setiap nasehatnya. Terkadang terdapat nada bergurau. Dia sungguh manis. 

Saat menatap wajahnya di layar laptop atau komputerku, aku tersenyum kadang tertawa geli melihat tingkahnya yang selalu tersipu-sipu saat aku memanggil namanya atau mencandainya. Saat mendengar suaranya, lutut-lutut kakiku seakan tak dapat merasa. Suaranya membuatku terlena. Lembut dan menenangkan. Saat dia tertawa aku pasti ikut tertawa. Saat dia berbicara manja, aku pasti tak tahan untuk tak mendengarnya.

Dia seseorang yang unik. Caranya tertawa, caranya berbicara, caranya memanggil, caranya menyapa, caranya tersenyum, membuatku terlena. Saat dia berkata suka, aku terpana.
Iya, aku juga menyukainya. Hanya saja aku ingin melihatnya terlebih dahulu. Melihatnya yang benar-benar melihatnya.

Aku khawatir saat dia tak ada kabar. Aku khawatir saat dia tak menyapaku di jam yang seharusnya diaselalu menyapaku. Aku khawatir saat dia tak membalas pesanku. Iya aku mulai mengkhawatirkannya. Entah sejak kapan tepatnya rasa seperti itu muncul. Padahal sudah cukup lama aku tak merasakan rasa seperti itu lagi kecuali terhadap keluargaku.

Dia mampu membuat hidupku yang gelap, tiba-tiba mulai berwarna. Sikapnya yang ceria dan penuh warna, membuat hidupku ikut berwarna. Dia seseorang yang memukau. Sinarnya memukauku. Aku menyukainya.

Entah kenapa kepadanya, aku sanggup menceritakan hal-hal yang sebelumnya tak pernah aku ceritakan pada orang lain. Dia sanggup membuatku tertawa dan bercerita juga cemas dalam waktu yang sama. Entah sihir apa yang dia gunakan. Tapi aku menyukai caranya. 

Dia berbeda.
Dia istimewa.
Dia memiliki cara.

Dalam waktu 10 hari saja, aku sudah merasa seolah dia dekat denganku. Aku menemukan kenyamanan saat aku bercakap-cakap dengannya, entah itu percakapan lewat tulisan ataupun lewat telpon. Dan tanpa sadarku, aku selalu menunggunya hadir. Hadir kembali di layar komputerku, di  layar laptopku, ataupun di layar ponselku.  Selalu.

Mungkin aku gila. Entahlah, akupun tak bisa menjelaskannya. Aku hanya mulai merasa. Menggunakan hati. Sesuatu yang sudah lama tak pernah aku lakukan. Dulu aku selalu merasa menggunakan otak. Tapi sekarang berbeda. Iya berbeda. Benar-benar berbeda. 

Seperti mentari dia datang menyinari. Seperti embun pagi dia memberi kesejukkan. 

(to be continue.....)


(Berdasarkan kisah seseorang yang sekarang tengah dalam pencariannya)

Einca 2014

Jumat, 21 Maret 2014

Kamu dan Dia

http:/clash007.blogspot.com/2011_10_20/archive



Kamu...
Yang pertama masuk ke dalam hidupku dengan cukup lama
Menemani setiap suka dukaku
Caramu menatapku,
Caramu memperhatikanku,
Aku tersipu
Aku terenyuh
Bersama kamu aku hanya tertawa
Bersama kamu aku hanya tersenyum
Tak ada tetesan duka yang kamu torehkan di hidupku
Kamu memberikanku satu warna
Satu warna terang yang tak pernah redup

Dia...
Seseorang yang baru hadir di hidupku
Juga menemani di setiap suka dukaku
Dia tak seperti kamu yang selalu membuatku tersipu
Tak seperti kamu yang selalu membuatku terenyuh
Tak seperti kamu juga yang selalu membuatku tertawa dan tersenyum
Dia memberikan banyak warna
Warna yang kadang bermula redup lalu terang
Kadang warna yang bermula terang lalu redup
Kadang juga selalu terang

Dia tak seperti kamu yang selalu berbicara lembut
Bersamamu aku bebas mau seperti apa aku
Tapi bersamanya, dia mengarahkan hidupku

Kadang ingin untuk kembali padamu
Tapi aku tak bisa meninggalkannya
Kadang hatiku bimbang
Di antara kamu dan dia
Di antara dua hati ini
Kadang aku tak mampu memilih
Tapi aku tahu pada akhirnya dalam kisah ini aku harus memilih

Kepada kamu...
Ingin kuteriakkan bahwa aku menyayangimu
Tapi kepada dia...
Aku bisa meneriakkan bahwa aku mencintainya
Dan kepada dia...
Aku mampu membayangkan seperti apa kelanjutan kisahku



(Dedicated for my bestfriend, this is your request anteee)

Einca 2014

Senin, 17 Maret 2014

Tentang Matahari


http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Cerita-Kita/Dongeng/Matahari-yang-Pandai-Melukis

Matahari
Itu kamu untukku

Cahayamu selaksa sinar yang menghiasi gelap duniaku
Kamu hadir saat kegelapan dunia perlahan mulai menelanku
Mengulurkan tangan indahmu selaksa malaikat
Menarikku perlahan dari dalam  sumur kegelapan
Hadirmu memberikan berjuta warna yang kupikir tak akan pernah bisa kurasa lagi
Halus sapamu...
Manis senyummu...
Lembut belaimu...
Membuat aku terlelap indah berbuai mimpi...

Dengarlah matahariku...
Suara ini berbisik memanggilmu
Dada ini bergetar saat menyebut namamu
Senyum ini mengembang saat kau mendekat

Sadarkah kau bahwa aku selalu bersama bayangmu?
Sadarkah kau bahwa takdirlah yang membawamu padaku?
Sadarkah kau bahwa aku selalu menunggumu?

Matahari itu kamu
Cahaya itu...
Kita


(Cerita dari seseorang yang menemukan mataharinya)
Einca 2014

Minggu, 16 Maret 2014

Antara Sosmed dan Ingatan

www.borneonews.co.id/media/k2/item/chace/index/php-media-sosial-dan-kemampuan-otak


Iya, iya, ini blog baru!
Hahaha... ya ampun bikin blog baru!

Lupa blog yang lama namanya apa. Iya, gue pelupa. Pelupa banget! Apalagi untuk sesuatu yang udah lebih dari satu setengah tahun nggak pernah gue liat, buka, pakai. Pasti bakalan lupa! penyakit nenek-nenek nih, pikuuunnn!!!!

Gara-gara pikun ini juga, gue sering ketemu orang atau temen lama dan mereka nyapa gue dengan bahagianya karena udah lama nggak ketemu, gue malah melongo, bengong, cengok, sambil dalam hati ngomong "ini orang siapa ya? Sok kenalbanget sih???!!!". Kejadian seperti itu tuh, sering banget. Banget. Banget. 

Pernah di suatu sore yang cerah ceria syalala, gue pergi ke gramed buat hunting buku baru, tiba-tiba dari belakang ada yang nepok pundak gue dan nyapa.
T= Temen
G= Gue

T : Hoiii!!! Pa kabar lo? Kemana aja udah lama nggak keliatan? (Nyengir lebar)
G: (Diem, bingung) Oh iya, hahaha.... Gue baik. Nggak kemana-mana kok, di sini aja. (Pasang senyum sok kenal)
T : Ooohh..... (Manggut-manggut terus keluarin hape) Minta no lo dong, biar nggak ilang kontak. Lo tuh di sosmed (sosial media) nggak ada, dimana-mana nggak ada. mirip hantu lo!

G : (Nyengir) Oke! (Sebutin no hape)
Tak lama kemudian hape gue bunyi.

T : Itu no gue, save ya.
G : Oke! 

Iya, gue nggak punya sosmed! Sempet punya tapi di hack orang tak bertanggungjawab.Dan setelahnya buat lagi, tapi gue jarang maininnya dan sampai akhirnya gue lupa apa email dan password sosmed gue itu.

Balik ke pengesave-an no hape tadi, asli gue bingung mau ng-save pake nama siapa. Gue bingung. udah mati-matian gue puter otak buat nginget nama nih cewek cakep berkerudung dengan lesung pipi tipis di sebelah kanan, tapi hasilnya nihil.Nihil! Dan akhirnya gue cuma bisa diem sambil dengerin dia cerita-cerita. 

Lima menit kemudian, cewek-sksd-yang-ngakunya-temen-SMP-gue itu, berenti cerita dan ngeliatin gue dengan tatapan curiga. soalnya gue cuma megangin hape tanpa ngetik apapun. terus tiba-tiba cewek itu nepok lengan gue kenceng banget sambil setengah histeris menatap gue.

T : Masya Allah, Ca! Lo lupa nama gue?
G : (Nyengir polos) Sorry, gue beneran nggak inget lo siapa.
T : Ya ampun!! Gue Citra (nama disamarkan). Inget? Kita sekelas pas kelas 3! Penyakit pikun lo tuh nggak ilang-ilang rupanya! (Dan dia mulai cerita lagi dengan hebohnya)
G : (Cuma bisa nyengir selebar-lebarnya)

Dan setelah dia nyebutin nama tadi, gue baru ingat cewek ini siapa. Iya, jaman SMP dia salah satu temen deket gue. Tapi selepas SMP, kita mencar-mencar. Dia kemana, gue kemana. lost contact! Jaman gue SMP-kan, sebangsa FS, FB, apalagi twitter, belom nongoolll!!! Belom boomiiingg!!! Jangankan sebangsa sosmed gitu, HaPe aja masih nebeng Nyak Babe. Dan yang terpenting, yang namanya INTERNET, WARNET, dan sebangsanya, itu cuma ada di tempat kursus komputer kayaknya atau di sekolah yang ada fasilitas lab. komputernya atau di kantor-kantor. Jadi ya wajar kalau sampe lost. Bener-bener lost. Dan yang bikin gue tambah nggak inget, doi pake kerudung sekarang. Jadi ya lupa.

Nah begitu tuh penyakit pikun gue. Sampai-sampai gue curiga kalau gue kena alzheimer. Hahaha.... Tapi untungnya nggak. Alhamdulillaaaahhh.... Dan kejadian itu, bikin gue sadar pentingnya sosmed di jaman sekarang ini. Menjaga tali silahturahmi itu penting. Dan di jaman secanggih ini, nggak ada alasan untuk sampai lost contact dengan sodara ataupun teman yang udah dimana-mana. Dan yang terpenting, dengan adanya sosmed itu, bikin temen yang dari jaman TK-pun bisa tetep dijangkau.

Sosmed itu berguna banget di kehidupan jaman serba sosmed seperti sekarang ini. Selain untuk tetap menjaga silahturahmi, juga untuk menjadi semacam alarm pengingat sepanjang masa buat orang yang punya ingatan jelek alias pelupa alias pikun! So, nggak punya sosmed? Nggak gaooll lo!!
(Einca 2014)

© Airalaks, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena