Senandung RASA Ketika hati dan otak mulai tak mampu lagi menampung rasa dan lisan tertahan untuk menyenandungkannya, maka tulisan mengambil alih untuk menyampaikannya. Menyenandungkan semua tentang Rasa...

Minggu, 16 November 2014

Tentang Dusta....


Jika nanti waktunya tiba, akan ada sakit yang tercipta. Akan ada kebohongan yang terungkap. Mungkin akan ada kematian yang datang. Jika nanti bibirku tak sanggup untuk menyampaikan semuanya, mungkin lewat lembaran buku ini kamu bisa mengetahuinya.

Mengetahui tentang semua tanya yang tak pernah sempat kujawab....

Aku terpaku menatap deretan terakhir dari semua tulisan yang tergores di dalam lembaran diary biru itu. Tepat di hari ke sepuluh –sejak ia mulai tak sadarkan diri-  aku mengetahui semuanya. Sayang, aku mengetahui semua itu bukan langsung dari bibirnya. Aku mengetahuinya dari sebuah diary yang diberikan oleh kakaknya.

Kebohongan.

Semua ia sembunyikan dariku. Dengan rapi dan tertata cantik. Sempurna. Aku benar-benar tertipu. Harusnya aku menyelidiki semuanya dulu sebelum aku jatuh ke dalam perangkap cintanya. Tapi terlambat. Gadis cantik itu memang telah berhasil menghancurkanku. Dan sekarang, ia terbaring tak sadarkan diri dengan berbagai macam selang yang memenuhi tubuhnya. Sementara aku, hanya bisa menyaksikan dari lorong, tepat di depan ruangan tempat ia dirawat.

“Maafin Dinda, Dika. Aku mohon....”

Aku menghela napas mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Kara. Aku ingin memaafkannya, tapi kebohongan yang ia buat, hampir membuatku mati.

“Aku nggak tahu Kar. Aku...”

“Tapi Dinda begitu karena kamu!” Kara menyela tajam.

Aku mengerjap. Karenaku? Bagaimana bisa? Tak ada satupun kalimat yang tertulis di diary itu, tentang kesalahan yang kubuat. Gadis yang kucintai dengan segenap jiwa dan sekarang terbaring tak sadarkan diri itu, hanyalah gadis pshyco yang ingin menghancurkanku dengan sebuah kebohongan berkedok cinta!

“Kamu nggak tahu kan kenapa Dinda melakukan semua kebohongan itu?” Kara menatapku tajam. Bibirnya bergetar saat berkata, “empat tahun lalu, kamu pernah menyakitinya. Ingat? perlakuanmu yang membuat Dinda pergi mendendam. Perlakuanmu juga membuat Dinda hampir mati bunuh diri.”

Aku terhenyak. “Maksudmu apa?” tukasku kesal.  Suaraku menggema di lorong yang tak seberapa ramai itu.

Kara tertawa sinis. Mata cokelatnya sekilas menatapku miris. Kara lalu mengalihkan pandang ke arah Dinda. Matanya menerawang jauh. Lalu aku melihat bening cokelat itu meneteskan airmata. “Empat tahun lalu, di lorong rumah sakit. Di Bandung. Harusnya kamu ingat. Waktu itu....”

Dan mengalirlah kisah yang sama sekali tak kuingat. Otakku memanas. Aku mencoba mencerna cerita yang Kara sampaikan. Perlahan ingatan itu mulai datang. Semua kilas balik berputar di kepalaku. Semuanya.

***

Malam belumlah larut saat aku tiba di rumah sakit itu. Mataku liar mencari-cari di sepanjang lorong yang sepi. Hingga akhirnya aku menemukan gadis itu –Dinda- adik tingkatku di kampus, yang juga pacar dari sahabat baikku. Aku melihat ia duduk dengan tubuh gemetar. Rambut pendeknya basah. Bajunya kotor. Bahkan aku melihat ada beberapa bagian yang robek dari kaos biru yang ia kenakan.

“Apa yang terjadi? Kamu apain, Rian?” tuntutku begitu aku tiba di depan gadis itu. kedua tanganku mencengkeram erat kedua pundak Dinda.

Dinda tergugu. Bibirnya bergetar. “A... ku... dia... bukan aku yang bikin dia jatuh ke jembatan. Bukan aku.” Gadis itu menjawab terbata. Matanya menatapku memohon.

“Bukan kamu? Kamu dorong dia! Iyakan?” Emosiku meluap. Aku bahkan mengguncang tubuh mungil itu dengan keras.

“Tapi dia...”

“Pergi kamu dari sini! Kamu itu cuma cewek pembawa petaka! Kalau Rian mati, aku nggak akan biarin kamu hidup bebas!”

“Bang...”

Aku memalingkan wajah. Kudorong Dinda sekeras mungkin hingga gadis itu terjatuh. Aku sempat melihat matanya menatapku memohon. Tapi aku mematikan hati. Kutinggalkan ia sendiri di lorong dan aku bergegas masuk ke dalam ruangan tempat Rian terbarin lemah.

***

“Dinda diperkosa. Oleh sahabatmu! Dan kamu malah mengusirnya. Harusnya kamu dengar penjelasan dia! Wajar nggak kalau Dinda mendendam?”

Sinis. Tajam. Kalimat Kara menusukku telak. Dalam hati aku mengutuk Rian yang telah menipuku mentah-mentah! Andai saja waktu itu aku mau membuka mataku lebar-lebar. Kalau saja waktu itu aku mendengarkan penjelasan Dinda. Kalau saja....

“Dinda memang salah. Dia mendendam bertahun-tahun. Mencari celah untuk mendekatimu. Tujuan utamanya memang untuk membuatmu merasakan sakit yang sama seperti yang ia rasakan dulu.” Kara kembali berkata. “Tapi, satu kesalahan Dinda. Dia benar-benar jatuh cinta padamu. Kalau saja kamu ingat, sering Dinda mencoba mengingatkanmu tentang peristiwa empat tahun lalu.”

Aku terpaku. Otakku kembali mencoba mengingat. Dan aku terduduk lemas di lorong dengan tubuh bergetar hebat. Ya Tuhan. Betapa bodohnya aku.

“Aku, minta maaf...” lirih kata itu kuucapkan.

Kara terisak. “Dinda sudah lama memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf. Yang Dinda butuhkan sekarang, adalah maafmu, Dika.”

Ya Tuhan.... Aku menatap Dinda yang terbaring di dalam ICU, nanar. Aku ingin masuk ke dalam, sayangnya dokter tak mengijinkan.

Ara..., aku udah maafin kamu. Aku mohon, bangunlah. Aku harus mendapatkan maafmu juga. Aku mencintaimu.... Lirih hatiku berucap. Itu adalah sebuah permohonan. Aku bahkan memanggilnya dengan nama yang ia gunakan saat ia bilang ia mencintaiku. Nama yang ia gunakan untuk membohongiku. Kukerahkan segenap tenaga yang kupunya, kubisikkan barisan-barisan doa yang kubisa, dan berharap Tuhan mengabulkannya.

Tapi Tuhan berkehendak lain. Tepat saat aku selesai berdoa, bunyi panjang dari alat penyambung nyawa yang ia pakai, menghentak seluruh persendianku. Jantungku mencelos. Aku mendengar Kara mulai berteriak panik. Beberapa orang berseragam serba putih masukd an mengelilingi tubuhnya.

Mataku terpaku menatap dokter yang berusaha membuat jantungnya kembali berdetak. Aku menghitung setiap menitnya. Dan di menit kelima, aku melihat dokter menggeleng lemah, bersamaan dengan seorang suster yang menutupi tubuhnya dengan selimut putih.

Ara.... Ingatanku kemali memutar kalimat-kalimat yang sering ia ucapkan dulu.

 “Surga dan neraka itu batasannya tipis. Keduanya berdekatan. Menurutmu, untuk orang yang pernah berbohong, setelah mati nanti, di mana ia akan diletakkan? Surga atau neraka? Menurutmu, seorang pembohong, berhak mati dengan tenang atau tidak?  Kalau suatu saat nanti aku berbohong padamu, kamu mau memaafkanku? Apa kamu malah akan membiarkanku mati dalam kebohongan itu?”




Selasa, 11 November 2014

Ini Tuh Bokap Gue...!!!

Cek... Cek...
1, 2, 3...
Ehemm...

HAPPY FATHER'S DAY......!!!!

Hiyaaak!
Selamat hari ayah seeeeeduniaaaa... *pelukciumbuatBokap*

Jadi, hari ini gue bakal cerita sikit-sikit tentang Bokap gue. Ehem. Ini pertama kalinya gue melankolis gini nulis tentang seseorang yang gue panggil, Papa.

Papa ini adalah pacar pertama gue. Pacar gue satu-satunya dan seumur hidup. Doi manja luar biasa. Sama Mama doang sih, tapi juga berwibawa yang luar biasa binggo! Lucu. Selalu bikin ketawa, walaupun kalau lagi marah, itu nyereminnya bisa ngalahin raksasa ngamuk.

Iyap! Papa gue gendut. Tapi tampan. ini serius. Idolanya banyak cuuyy... Menurut kabar dan cerita yang gue dengar -dan itu nggak hanya dari Mama- Papa ini dari jaman muda ampe sekarang yang naksir banyak. Playboy ih, Pap. Hahaha....

Tapi, walaupun gitu, cintanya ke Mama tuh luar biasa banget. Juga ke anak-anaknya. Perhatian nggak pernah ngurang, walaupun kadang ngalay. Tapi jarang-jarang ada seorang Papa, yang walaupun sibuk binggo, sempet buat nganter-nganterin anaknya kalau anaknya nggak bisa capcus sendiri. Apalagi ke Mama. Gila, gue pengen punya laki kayak Bokap, Emak gue, ngampus dianter, ditunguin, kalau ujian dibantuin. akakakakak.... gue kan nggak bakal capek-capek mikir, tinggal ngadu ke laki, "Yank, aku nggak ngerti nih soal-soalnya bikin pusing, cariin ya, aku tunggu jadi." Hohohoho...

Nggak hanya itu. Ketika gue terkena masalah. Masalah paling berat, paling jelek, paling suram dan paling-paling-paling banget. Papa adalah orang pertama yang tahu -walaupun bukan lewat gue langsung- tapi beliau nggak marah. Kecewa mungkin. Tapi nggak marah. Dengan suara yang ditegar-tegarin, gue inget banget waktu itu Papa bilang, "yang sehat, Nak. Papa kecewa mungkin. Tapi Papa nggak marah, dan kita simpen ini berdua aja. Cuma berdua."

Iyap. Itu jadi rahasia gue berdua sama Papa. Mungkin sampai sekarang, itu masih jadi rahasia kami berdua. Entah kalau ternyata Bokap udah bocorin ke Nyokap. *senggolPapa*

Lalu.... waktu baru-baru ini gue harus merelakan dia yang nggak bisa gue miliki. Ke Papa juga gue ngadunya. Dengan berderai air mata. Padahal udah susah payah sih nahan nangis. Tapi tetep aja. Papa nggak larang. Papa juga nggak cegah gue. Papa cuma bilang, "pikirin lagi. Dia baik..."

Selain itu... waktu gue nyeletuk bilang, "Pa, Ayuk nggak mau nikah!"
Harusnya kalau ayah-ayah yang lain, udah ngamuk anak sulung, anak cewek, nggak mau nikah. tapi Papa nggak. waktu gue ngomong gitu dulu, Papa cuma diem, lalu senyum. Gue tahu beliau kecewa. Maka dari itu gue ubah kalimat gue yang nggak mau nikah itu menjadi, "Ayuk nikah kalau udah kebeli mobil impian satu!" Dan Papa ngakak. Hahahaha... Papa gue emang lucu!

Oh iya, Papa juga orangnya nggak mau kalah. Ke cowok-cowok yang nggebetin ataupun yang udah dapet status pacar anaknya. Papa tuh bakalan selalu bilang gini, "Gila, gantengan Papa coba. Jelek banget tuh cowok!"
Mau kata yang dateng ke rumah seganteng Mario Maurer, gue yakin Papa bakalan bilang gitu juga. Well, Bokap gue emang narsis tiada tara... XD

Banyak dari Papa yan nggak bisa gue tulis semua di sini. Walaupun Papa bukanlah sosok laki-laki yang sempurna dan dulu pernah ngelakuin kesalahan-kesalahan. Tapi kalau memang nanti gue dapet hidayah buat nikah, gue pengen punya suami kayak beliau. Minus overprotective-nya tapi. Sorry Dad... huhuhu...

Dan yang terakhir, yang selalu gue inget banget dari Papa.
Di umur gue yang udah segede ini, kalau gue pergi dari rumah lebih dari empat jam -kecuali kuliah- Papa pasti bakal ng-BBM yang isinya gini, "Dimana, Yuk? Baliklah...."

See? Perhatian banget kan Bokap gue.
Dan gue akui, gue manja luar biasa banget sama Papa. dan Gue ini Daddy's little girl. Selamanya bakal jadi anak manja Bokap gue. Dan selamanya Bokap gue bakal jadi hero buat gue.... *loncatloncat*

And last.... This for you Dad...

Senyummu tak pernah lekang...
Tawamu tak pernah hilang...
Wajahmu selalu ada di manapun mataku memandang...
Engkau tervisualisasikan dalam setiap embusan napas...

Pa,..
mungkin aku pernah membuatmu kecewa...
Aku juga pernah membuat airmatamu menetes...
Dan aku juga pernah membuatmu harus berbohong demi rahasia kita...

Mungkin meminta maaf tak akan cukup...
Mungkin juga hadirku yang kadang masih suka membantah,
tak akan mengganti semua....

Tapi aku menyayangimu...
Bersama setiap deru napasku, 
Engkau adalah satu dari dua yang berarti dalam jiwaku...

Terima kasih untuk ada...
Terima kasih untuk selalu memeluk dalam doa...

Tetaplah seperti ini...
Tetap menjadi laki-laki yang akan selalu kukagumi...

Love you, Pa...


-pelukcium, Ayuk-


Einca, 2014

Senin, 03 November 2014

Tentang Mereka... Kami...

Jengjeng....
Ehem...

Holaaaa semuaaahhh.... 
Kepada #JamaahTyphobia yang dirahmati Allah SWT... sehat nggak? sehat dong yah... :D
Ngak tahu deh ini apaan. Ikutan si Juju, Anggi sama Mey... Dan mereka bertiga ini semena-mena ngatain aku (untuk pertama kalinya nulis beginian pake aku-biar sopan) dengan err~~ banget... bisa-bisanya mereka gosip... ckckck..

Dan sekarang, gantian yak... Aku yang bakalan gosipin kalian semua. Yeay!!
Btw sebelumnya, mereka ini adalah kakak, mbak, adek, saudara, keluarga baru yang mmm... ada kali 3 bulanan kenalnya. Berawal dari sebuah ajang perjodohan absurd yang diadain Mimin KF (Kampus Fiksi) dan jadilah mereka, aku, kami. di dalam sebuah komunitas  jomblo doyan curhat penulis atau menulis. Yang apapun deh. Pokoknya yang ada 'lis'nya... :D
Dan ini dia mereka!!! Yang kadang tengil. Kadang bikin bete (jujur aja, iyakan?), tapi juga udah kayak saudara sendiri. Hahaha... Cekidot!

Kak Reza : 
Dedengkotnya para jamaah typhobia yang err~~ banget. Ampe sekarang aku belum di polbek ama     nih kakak. Sedih? Nggak juga (dalem hati mewek T.T) tapi ya sudahlah. mungkin beliau lagi nutup     ajang polbekpolbekan. *Aku pasrah*. Doi jarang muncul. Sekalinya muncul kadang agak "gila",         kadang juga dengan komenan yang nganunya luar biasa... huhuhu... *sungkem*

Kak Amad :
Ini orang.... Suka banget ngerendah! Itu serius. Demen banget ngrendah. Dan kalau nulis, sangat-sangat memaksakan. Padahal kalau beliau ini bawa nyantai, tulisannya ajegile dah. Kak Am ini, yang punya janji sama aku kalau aku main ke Jakarta ditraktir... Ya kan Kak? huhu... Oh iya, dia ini hobi banget ngaku mirip Ariel. Atau Ariel mirip dia (?). entahlah, hanya Tuhan yang tahu. Dan dia sama aku punya semacam mm... apa bilangnya ya? pokoknya siapa yang novelnya rampung duluan bakal dapet sekotak gede Delfie.. sekotak loh! Bukan sebungkus!

Juju :
Ini anak lucunya parah. Kalau nulis cerpen. Hahaha... Lulusan pesantren yang nganu banget. Dia juga suka banget ngrendah. Pengen aku jitak kadang-kadang! Heu

Ucup :
Dulu sih aku manggil dia Kak. Tapi dia marah :D... Dia ini suka banget pamer tempat yang bikin envy! Hiiiss... suka bete sendiri kalau wa atau bbm sama dia. Yang dikirim itu loh.... T.T

Fikry :
Nah, yang ini nih, sohib gue. Hahaha... Enak banget buat dibully. Orangnya selembut bika ambon. Ahayy... Sekarang lagi cuti melahirkan  menulis. Karena katanya banyak banget kerjaan. Doi lagi menuntu ilmu di negeri padang pasir yang... panasnya minta ampun... pantes lo item, Fik!!! Akakakak... Dia juga ndut.. huum.. buncit! *piiiss*

Fakhri :
Kenal sama dia di grup satu lagi. Bawaannya kadang serius kadang nggak. Lebih sering curhat. Sekalinya nongol di grup chatnya sepanjang kereta api. Yang itu curhatan karena nulis di kafe yang duitnya abis, sampai curhat karena nggak bisa nulis, entah karena alasan apa.

Ilham:
Ini ehemannya Vee... dia ini... kadang nyinyir. Tapi kayaknya sabar banget. Dan dia ini selalu maksa aku nikah! Entahlah, ni anak otaknya sengklek mungkin.

Farid :
Tulisannya okeh... Aku pikir dia udah kuliah. Nggak tahunya masih SMA. hahaha... Imajinasinya tentang telor dan ayam, sesuatu banget. Bacaan ni bocah berat-berat pula. Duh Dek, kasian kepalanya... :D

Kak Eka :
Ibu Guru.... *sungkem*... tempat tukar otak pas komen-komenan tulisan. Sensian. Iya, Kak Ek sensian. Tapi dia asyik banget. AKu aja suka lari curhat ke dia kok.. hoho.. Semangat menulisnya Kak Ek ini, tiada tanding! Ketjeh beud dah pokoknya...

Opi:
Ni anak 11 12 sama aku. Suka Korea. Koleksi bacaan juga nyaris sama. Dan sama-sama ada something kejebret sama Padang, dengan awalan nama yang sama pula! Hahha... Suka nyanyi (kalau nggak salah). Ngerasa Raisa. Dan kalau nulis diksinya cantik. Komen juga detail. Ketjeh pokoknya.

Mey :
Ini dia si admin grup. Anaknya susah ditebak. Lagi kena syndrom cinta terpendam. Uhuk. Ngatain aku Emak, heu. Tapi kadang dia manis kok. Sekalinya ngomong pasti keselip kata hula-hula. Entahlah, mungkin suatu saat nanti aku bakalan kurung dia di peti berisi hula-hula. Haha

Anggi :
Yang ini, males banget kalau nama lengkapnya kepublish. Padahal menurutku bagus loh. :))
Tulisannya full romance. Dengan diksi berbasis puisi. Haha... Anggi ini juga gampang banget galau. Panikan. Tapi lucu. Sasaran bullyannya di Mey.

Icha :
Icha a.k.a Nebeh. Entah siapa nama dia sebenarnya. Asal Palembang. Tetanggan kita ciinn... Hihihi.. Calon dokter gigi yang gila sama anime dan Korea. Lebih gila daripada aku dan Opi kayaknya. Entahlah. Dia jarang nongol. Sekalinya nongol suka ngelawak. Mungkin efek stres karena meriksain gigi semua orang :D

Veeza :
Ini ehemannya si Iam... Bocah banget. Berasa jadi bocah juga kalau lagi ngobrol sama dia. Galauan. Bimbangan. tapi lucu. Suka seenaknya ganti nama orang. Walaupun namaku selamat sih. Hahaha... Pencinta es krim. Dan orang Padang! Deketan pula sama kampungnya ngg... yasudahlah. 

Dan terakhir... Aku.... Tentang aku, deskripkan saja sendiri. Aku pasrah... Hahaha

Okeh.... itu aja deh. Itupun dah banyak banget kayaknya. 
Love you gaes... Semoga nanti bisa maju sama-sama. Semoga nanti kita semua Keluarga Besar #JamaahTyphobia bisa nerbitin buku sama-sama. Dan namanya terpajang cantik di deretan buku-buku laris toko buku di manapun kita berada. Yeay!!!

Pelukcium...

-Einca-
 

© Airalaks, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena