Senandung RASA Ketika hati dan otak mulai tak mampu lagi menampung rasa dan lisan tertahan untuk menyenandungkannya, maka tulisan mengambil alih untuk menyampaikannya. Menyenandungkan semua tentang Rasa...

Selasa, 22 April 2014

Rindu Bulan untuk Matahari


Saat aku mendekat, kau tak tahu
Saat aku melihat, kau tak tahu
Sapaanku, tak kau hiraukan
Bisikkanku, tak kau dengar
Senyumanku, tak kaulihat

Tahukah kamu, aku selalu ada menemanimu
Entah itu sebagai bayanganmu, ataupun yang memegangmu dari kejauhan
Sadarkah kamu, takdirlah yang membawaku padamu
Bukan aku yang memaksa takdir, tapi takdir yang berputar di antara kita
Sadarkah kamu, aku selalu ada untukmu
Merasa ataupun tidak merasanya kamu

Bulan...
Itu seharusnya aku untukmu
Matahari...
Itu seharusnya kamu untukku

Walaupun bulan dan matahari tak pernah berada di langit yang sama,
tapi bulan dan matahari bisa berada di tempat yang sama
Dengan kamu berdiri, dan membuka sedikit mata untuk menoleh ke bawah
Lihatlah aku di sana, menanti dengan cahaya sendu berharap

Diri ini perpaduan antar dirimu
Topeng dan jubah ini  mulai tak mampu melindungi sakit yang tertahan
Ingin aku teriakkan semua rasa yang tersimpan

Aku mencintaimu
Aku sakit melihat kejatuhanmu
Aku bahagia melihat senyummu 
Walaupun aku tahu, senyum dan tawamu ada untuk melindungi topeng dan jubahmu

Kini kau ada, bersamaku kembali
Mulai mencipta warna berbeda yang terkadang membuat sakit
Masih belum nyata
Tapi kamu meyakinkan akan selalu ada

Jika aku bermimpi...
Aku berharap untuk tak pernah bangun lagi
Akhir kisah ini
Harap bulan bersatu dengan matahari
Mencipta gerhana yang walau sesaat,
mampu dilihat dan dirasa setiap makhluk yang ada di bawah langit.
Mencipta gerhana yang walau sesaat,
mampu memberi tempat yang sama bagi bulan dan matahari untuk bertemu
Mencipta gerhana, menjadi satu
Kita...
Bulan yang memeluk matahari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Airalaks, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena