Senandung RASA Ketika hati dan otak mulai tak mampu lagi menampung rasa dan lisan tertahan untuk menyenandungkannya, maka tulisan mengambil alih untuk menyampaikannya. Menyenandungkan semua tentang Rasa...

Selasa, 08 April 2014

Jejak Cahaya Dusta

Sumber gambar: http://fii-megumi.blogspot.com/2011/09/way-share.html


Matahari itu mulai tenggelam kembali keperaduannya. Semburat jingga itu perlahan mulai memudar dan berganti dengan gelap awan menutup bumi. Sinar putih lembut yang tak seberapa terang menggantikan tugas Raja Langit yang telah berpindah ke sisi dunia lain, ditemani kelap kelip cahaya dayang-dayang sang Ratu Malam. 

Ini sudah perjalanan terjauh yang ku tempuh. Suara seruan dari pengeras suara terdengar lantang tak jauh di depanku. Dengan langkah tertatih aku mendekati surau itu, duduk sejenak melepas lelah, lalu berjalan untuk mensucikan diri sebelum mengadu kepada penguasa jagad semesta. Untuk kesekian kalinya dalam doaku bening ini menetes.

Dusta itu terlalu indah untuk begitu saja dilupakan. Dusta itu begitu sakit untuk begitu saja dihapuskan. Dusta itu begitu misterius untuk begitu saja dilenyapkan. Iya dusta itu. Dusta yang terucap dari bibir manismu selama ini. Iya, dusta. Yang aku tahu sekarang itu dusta. Tapi aku masih mencoba mencari. Mencari setitik saja kebenaran, setitik saja cahaya untuk semua cerita yang dulunya terang, mendadak menjadi gelap. 

Jauh di relung terdalam ini, aku masih ingin mempercayaimu. Tapi telah lelah aku berjalan, telah habis tenagaku untuk mencari, telah jauh aku pergi membawa diri, tak juga satupun kutemui terang dari gelap yang telah kau cipta. Sepanjang apalagi aku harus mencari? Ingin berhenti tapi raga, hati dan otak ini tak mampu berhenti. Telah lelah mulut ini bertanya, apa yang kutanya, apa yang kucari, tak ada di tanah ini. Tanah yang kau bilang sebagai tanah lahir, tumbuh dan besarmu.


(Based from my friend's story)
Einca 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Airalaks, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena