Senandung RASA Ketika hati dan otak mulai tak mampu lagi menampung rasa dan lisan tertahan untuk menyenandungkannya, maka tulisan mengambil alih untuk menyampaikannya. Menyenandungkan semua tentang Rasa...

Selasa, 25 Maret 2014

Senandung "Rasa" 1 - Pesan Tersirat

Sumber gambar: http://khezo.com/wp-content/uploads/2013/06


Hari ini tepat satu bulan aku mengenalmu. Mengenalmu di dunia mayaku. Entah mengapa alam belum mengizinkan untuk kita bersua. Akupun tak tahu. Tapi aku tak banyak menuntut lagi, aku hanya menunggu. Menunggu sampai alam mengizinkan kita untuk bersua, bertatap muka, dan saling mencurahkan isi hati kita.

Pagi itu aku tersentak bangun. Kabar darimu yang jauh di seberang sana membuat dadaku berdegup kencang. Hanya satu kalimat pendek, dan itu sudah mebuat seolah duniaku runtuh seketika. Kedua lutut kakiku melemas, bahkan untuk menatap matahari yang perlahan mulai munculpun aku tak sanggup. Dengan tangan bergetar aku mecoba menghubungi orang yang ada di sekitarmu dan tangisku perlahan merebak saat mendengar langsung kabar itu
.
"Kakak makin parah..." lirih suara adikmu berbisik di sela isaknya dan aku hanya bisa mencoba untuk menahan tangisku, berusaha menenangkan orang terdekatmu yang sudah kuanggap seperti adikku sendiri.

Pagi itu benar-benar pagi terburuk dalam satu tahun terakhir ini. Cahaya matahari yang bersinar terang itu seolah menggelap. Menggelap bersama kabar duka darimu yang ku dengar. Ya, bagiku kamu adalah matahari. Tak hanya bagiku, tapi juga bagi sekelilingmu. 

Aku duduk bersimpuh di teras depan rumahku. Mengamati bunga-bunga yang mulai tumbuh bersemi seiring dengan musim hujan yang mulai datang. Berusaha menyerap energi matahari dan energi alam yang terpancar. Mataku beredar menatap tanaman-tanaman cantik itu, dan mataku menangkap seekor kupu-kupu berwarna biru hitam dengan bintik-bintik putih hinggap di salah satu bunga.

Aku terpaku. Kupu-kupu itu mengingatkanku padamu. Warna itu juga mengingatkan aku padamu. Perlahan aku mendekati hewan cantik itu. Aneh, biasanya kupu-kupu akan terbang bila merasa di dekati, tapi untuk yang satu ini tidak. Kupu-kupu itu tetap diam. Bahkan saat aku menyentuh tangkai bunga anggrek bulan yang dihinggapinya.

Seolah mencari, aku menatap kupu-kupu itu lekat. Mungkin otakku mulai gila, tapi entah kenapa aku merasakan kehadiranmu disini. Di sekitarku. Dengan suara berbisik serak aku berbicara pada kupu-kupu kecil itu. "Hei,bangunlah. Aku membutuhkanmu. Kita masih memiliki janji. Masih banyak yang menunggu hadir cahayamu kembali.... Aku mencintaimu...." Dan mataku terpejam saat mengucap itu. 

Kupu-kupu itu telah pergi saat aku membuka mata. Mungkin aku sudah gila. Tapi iya, aku merasa kalau dia bisa mendengarku. Mendengar bisik hatiku. Mendengar harapanku. Dan aku seolah mendengar hewan cantik itu berbisik membalas ucapanku.

Entahlah. Aku merasa sedikit tenang saat melihat hewan cantik itu. Aku merasa seluruh yang kurasa telah tersampai dan seluruh yang kamu rasa juga telah tersampai lewat hewan kecil itu. Mungkin kehadirannya menyampaikan pesan tersirat yang tak mampu tersurat. Mungkin dia terbang lagi untuk menyampaikan bahwa aku menerima pesanmu.

Biru.... Warna harapan kita.
Putih.... Warna rasa kita.
Hitam.... Warna saat kita 'bersua'.
Kita.... Ini dunia kita.... Walau tak terucap, tapi kita telah mampu  mencipta "kita".

(To be continue.....)



Einca 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Airalaks, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena