Senandung RASA Ketika hati dan otak mulai tak mampu lagi menampung rasa dan lisan tertahan untuk menyenandungkannya, maka tulisan mengambil alih untuk menyampaikannya. Menyenandungkan semua tentang Rasa...

Kamis, 27 Maret 2014

Senandung "Rasa" 1 - Cahaya.... Kita....

Sumber gambar: http://eliyanumamy.wordpress.com/2011/04/06/mengaca-pada-cahaya/


Saat satu bulan lebih sejak aku mengenalnya. Aku mengakui kalau aku memiliki "rasa" terhadapnya. Tapi entah kenapa, beberapa hari ini ada ragu yang menyelip dada dan merasuk otak. Ragu tentang kebenaran keberadaannya. Ragu tentang kenyataan dirinya. Ragu. Aku tak tahu apa yang merasukiku. Ada beberapa orang terdekatnya yang ku kenal, tapi entah kenapa aku merasa itu "hanya" ada dia. 

Saat ragu itu kuungkapkan. Kamu menguak satu rahasia yang menjadi latar belakang semua alasan dia hadir menyapa. Aku kecewa. Aku kecewa karena hadirnya didasarkan atas permintaan seseorang. Tapi kamu meyakinkanku bahwa rasa yang kamu punyai untukku murni tanpa ada campuran dari orang lain. Benarkah? 

Aku mencoba mempercayainya. Walaupun tak kutemukan satupun jejak tentangnya. Walaupun tak ku dapatkan siapa sebenarnya dirimu dan keluargamu, aku tetap berusaha mempercayaimu. Entahlah, hati kecilku menolak untuk tak mempercayainya. Mungkin karena besarnya "rasa" yang kupunya untuknya. Aku pun menuruti saat dia memintaku untuk bersabar sampai dia datang dan menjelaskan sendiri.

Kamu tahu, kamu itu istimewa. Dengan caramu kamu membuat dirimu menjadi istimewa. Tak hanya untukku, bahkan untuk saudaraku. Dengan setulus hatiku aku mengikhlaskan kamu pergi untuk nantinya kembali padaku. Kamu memintaku menunggu. Iya, aku akan selalu menunggumu. Sampai kamu menjadi nyata di hadapanku.

Hari berganti, waktu berlalu, bulanpun berganti. Aku selalu menunggumu. Setia mendengarkan apapun kabar yang disaampaikan olehmu yang di sana. Telah kita buat sebuah janji untuk kita. Iya, untuk kita. Janji berataskan nama Allah dan kuucapkan kepada kamu, satu-satunya yang pernah kuunginkan untuk menjadi pendampigku. Siapapun kamu, apapun kam,bagaimanapun kamu. Aku menerimamu,selayaknya kamu menerimaku. 

Kamu yang mengajarkan aku untuk menjadi sebuah cahaya. Cahaya utama yang menjadi temanmu, wahai seseorang yang penuh cahaya. Kamu yang mengajakku untuk melihat betapa indahnya cahaya yang terpancar di atas dunia ini. Aku bahagia memilikimu. Hartaku yang penuh cahaya. Aku menanti cahayaku itu hadir di hadapanku secepat cahaya itu mampu melintasi jagad. Walaupun tak pernah ada kepastian terucap tentang hubungan ini, tapi kita tahu seperti apa kita mengharap untuk kita.

Kamu pernah berkata, "tunggu, biar waktu yang menjawab nanti bagaimana kita. Biar waktu yang menjawab nanti seperti apa kita. Yang aku tahu, aku memiliki rasa, dan bersamamu aku mencipta dunia dan menjadi kita. Tak hanya aku atau kamu, tapi kita."

Iya, walaupun sempat ragu terselip nyata di benak rasa. Walaupun tanya banyakmeraja di segenap jiwa. Rasa ini memenangkan semuanya dan mempercayai apa yang terucap. Sebuah keinginan tulus penuh harapan, sebuah rasa suci penuh keikhlasan, ragu itu menghilang. Yang sekarang ada hanya percaya. Ini tentang kita. Dunia kita. Cahaya kita. Harapan itu, rasa itu, percaya itu, tak mampu lagi mengusik ragu yang perlahan menghilang, terkubur jauh di dasar jiwa.

(To be continue.....)



Einca 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Airalaks, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena