Senandung RASA Ketika hati dan otak mulai tak mampu lagi menampung rasa dan lisan tertahan untuk menyenandungkannya, maka tulisan mengambil alih untuk menyampaikannya. Menyenandungkan semua tentang Rasa...

Kamis, 18 Desember 2014

NIKAH!!!


Jreng!!!

Kali ini gue mau bahas tentang nikah ah. Iya, nikah. NIKAH!!!

Menurut beberapa hadits di agama gue (jangan tanya haditsnya. Gue nggak hapal), nikah itu sumber segala rezeki. Nikah itu membuka segala pintu rezeki yang selama ini tertutup menjadi terbuka lebar. lebar banget. Nikah juga kenikmatan tiada tara. Luar biasa dan spektakuler. Terpenting lagi, nikah itu menyempurnakan ibadah. Nah, jadi kalau yang belum nikah, padahal udah cukup umur, cukup finansial, dan cukup semuamuanya, ibadahnya belum sempurna kalau belum nikah! Nah loh. *abaikan aja yang ini* XD

Gue nulis gini, bukan karena gue pengen nikah sekarang. Bukan kok. Tapi, ini berdasarkan request seorang adek, yang keplak-able manis banget. Dan lagi, di grup yang gue ikutin, ada seorang Kakak yang ampe sekarang belum nikah juga. Alasannya, karena belum bisa move on! Heyaahhhhh.....

Nikah. Menikah.
Well, dua kata itu, the big big disaster bagi Kakak yang itu kayaknya. Nggak cuma Kakak yang itu sih, bagi gue juga--kayaknya. Yah, bukan gimana-gimana sih, setiap ketemu keluarga, mesti banget ditanya "kapan nikah?", "calon mana?", "calonnya jauh nggak?".

Serius, gue pengen banget ngeremukin muka orang yang cetusin pertanyaan-pertanyaan kurang aja itu. Tapi kan nggak mungkin, gue anak muda soalnya. Iya, gue anak muda! Gue masih muda! Kenapa masih nanya-nanya nikah coba ke gue? Belum lagi, ada aja anggota keluarga yang nyodorin calon ini, calon itu, calon anu, berbagai macam calon. Yang itu bikin dilema!

Nggak cuma itu. Kayaknya, status single yang gue sandang tuh bikin riweh orang banyak deh. Gue yang single, kok kalian yang heboh? Gue single bukan berarti ga punya calon tahu! Ada kok! Serius! *tunjuk abang yang anu* hahahaha....

Gue ngomong gini, bukan karena gue nggak mau nikah. Mau kok. Tapi nanti. Iya nanti, Setelah gue dapet pencerahan. Kalau sekarang nggak. Tapi, gue pengen sohib gue nikah secepetnya. Iya. Hihihi *tunjuk si anu*. Nikah gih! Juga buat Kakak yang nganu. hohoho....

Buat yang hobi banget nanya, kapan nikah? kok masih jomblo aja? Nggak laku ya? Gandengannya mana? .... dll, etc, dsb, blablabla.... Ini buat kalian semua.

Gue, kami, para singlewan dan singlewati--gue ogah dibilang jomblo--pasti nanti bakalan nikah. Pasti, Insha Allah. Sabar aja. Tunggu undangan. Toh kalau kami nikah, kalian cuma nunggu makan gratisnya kan? Syukur-syukur kalau sempet doain yang nikah. Kadang malah inget sama jamuannya doang. Ya kan? Ngaku?!

Gue, kami, para singlewan dan singlewati, kami bukan jomblo. Khususnya sih gue. Terserah kalau yang lainnya mau dibilang jomblo. Kami sendiri, memang. Tapi hati kami nggak sendiri. Ada kok yang nyantol di hati. Tapi sekarang, kami, gue terutama, bukan mentingin status pacar. Status pacar kan nggan mengikat. Just status. Right? Status kosong. Tapi, bukan berarti gue nggak mencinta. Ada, tapi biarkan mengalir like a water. Halus.... aja. Cinta nggak perlu diikat dengan kata, "jadi pacar gue ya?".

Gue, kami, sendirian bukan karena nggak laku. Please. Ya, mungkin ada. Tapi gue nggak termasuk. *angkatdagusongong*. SIngle itu pilihan. Dan sekali lagi gue tegasin, gue single. Ayo sini tunjuk jari yang merasa single, bukan jomblo!

Status. Sebuah komitmen. Sebuah hubungan. Apalagi yang terikat dengan sebuah ijab qobul yang suci, nggak segampang itu dijalaninnya. Kelar ijab qobul beres. Nggak. Banyak yang dipikirin. Banyak yan dipertimbangin. Banyak banget. Jadi, nggak asal ceplos, nikah dong! Lo aje sono sama keluarga lo! Hih.

Nikah itu, komitmen yang berat. Kalau cuma mikir dangkal buat ngejar kenikmatan awal semata, rentan cerai! Mau? Gue mah ogah. Nikah itu nggak segampang beli bawang di pasar. Beli bawang aja mahal banget sekarang. Apalagi nikah. Butuh dana, butuh kesiapan, butuh kemantapan. Yang terpenting, butuh kesiapan mental lahir batin. Siap nggak jadi Ibu dan istri yang baik. Siap nggak jadi suami dan ayah yang baik. See, nikah nggak segampang kata kalau dipikirkan dengan panjang. Tapi ketika memang segalanya telah siap, nggak boleh lagi nunda-nunda nikah. Nggak baik. Huhu


Einca, 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Airalaks, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena