Senandung RASA Ketika hati dan otak mulai tak mampu lagi menampung rasa dan lisan tertahan untuk menyenandungkannya, maka tulisan mengambil alih untuk menyampaikannya. Menyenandungkan semua tentang Rasa...

Kamis, 18 Desember 2014

Harap Rindu Padamu


Dalam keheningan hati, aku tertegun dalam sebuah lamunan. Menikmati sebuah nama. Menikmati segunung rindu. Rindu. Iya, rindu dalam sepi. Aku takut. Sepi itu makin menyata. Mereguk sukma, timbulkan lara. Aku juga takut, rindu itu tidak lagi dapat kunikmati, tapi malah mulai menyesaki. Membunuh dalam diam.

Bisakah kamu hadir dan memeluk erat ragaku? Bukan sekadar igau dalam keping mimpi. Bukan sekadar lamun dalam keping khayal. Kamu tahu, gerimis tangisku mulai menghasilkan lara. Hening hati dalam sunyi rindu merajam telak. Menusuk kalbu, menyesap lara. Kamu tahu, semua lambat laun mulai menyeretku dalam lautan sunyi tanpa tepi. Kamu tahu, rindu akanmu memaksa langkahku menempuh sebuah perjalanan indah, namun luluh-lantak. Kamu tahu, kaki-kakiku mulai kelu. Lututku mulai tak mampu bertahan. Jemariku mulai kuyu. Bahkan tubuhku pun, mulai menyusut.

Apakah kamu mendengar? Mendengar jerit lara rindu yang hatiku teriakan?

Pernahkah kamu mendengar kisah lara Romeo dan Juliet yang mati sesak karena menahan rindu dan cinta yang terpisah? Atau, pernahkah kamu mendengar kisah Chatrine yang tersandung luka, karena membiarkan Heathcliff menumpuk rindu sekian lama? Kamu tahu, aku nyaris menggila. Dalam balutan rindu yang tak bertepi. Dalam kungkungan cinta yang sepi.

Haruskah aku menjadi Juliet, yang memutuskan mati suri demi kehadiran ragamu? Atau aku harus menjadi Chatrine, yang harus meninggalkan rindu juga cinta, jauh di belakang. Meninggalkan keduanya dan menghapus namamu. Kalau aku begitu, akankah kamu menjadi Heathcliff yang nantinya akan membunuh jiwaku, dan menghancurkan raga nyatamu?

Tuhan, bisakah Engkau pecahkan kerangkeng rasa ini? Bisakan Engkau hadirkan dia, nyata di hadapanku? Aku tak ingin menjadi Juliet. Akupun tak ingin menjadi Chatrine. Aku hanya ingin menjadi Putri Salju, yang tertidur lelap, tanpa merasa sakitnya merindu. Putri Salju yang tanpa harus meneriakan apapun, bisa mendapatkan Pangerannya. Putri Salju, yang tanpa harus terkungkung rindu dalam kesakitan, bisa kedatangan Pangerannya.

Aku ingin. Ingin seperti itu. Mendapatkanmu tanpa harus melalui kesakitan yang membuatku nyaris mati.

Kamu. Iya, kepada kamu. Aku percayakan rindu ini. Aku percayakan hening hati ini. Kepadamu. Berharap kamu mendengar jerit dalam tangisku. Berharap kamu mendengar denting lonceng rindu, yang telah kukirimkan. Dan berharap kamu, meretas semua, dan hadir dalam nyata. Di hadapanku, Tuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Airalaks, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena